Jumat, 8 November 2024, siswa kelas 9 Matsasurba mengadakan pameran karya PI-P5PPRA. Pameran diadakan setelah salat Jumat hingga pukul 15.00 WIB di MTs Surya Buana. Karya yang dipamerkan berupa video-video hasil kreasi siswa yang dikerjakan selama kurang lebih dua minggu. Tema pameran karya tersebut adalah “Suara Demokrasi”. Tema ini dipilih dengan tujuan untuk membantu siswa memahami keterkaitan peran individu terhadap kelangsungan demokrasi Pancasila.
P5PPRA adalah bagian dari Implementasi Kurikulum Merdeka yang merupakan kegiatan pembelajaran kokurikuler. Sebelum Kurikulum Merdeka diimplementasikan di madrasah-madrasah, kegiatan kokurikuler di MTs Surya Buana sudah berjalan dengan nama program Projek Integrasi. Sebab pemilihan nama tersebut adalah karena beberapa mata pelajaran yang berbeda harus terintegrasi untuk mendukung dan memfasilitasi siswa untuk menyelesaikan proyek yang mereka kerjakan. Setelah adanya Implementasi Kurikulum Merdeka, maka nama program tersebut diubah menjadi PI-P5PPRA.
Sesuai tema, video-video yang dipamerkan mengandung pesan-pesan positif mengenai demokrasi, khususnya mengenai penyelenggaraan Pemilu 2024. Bapak Wiqoyil Islama selaku penanggung jawab PI-P5PPRA Suara Demokrasi kali ini mengatakan bahwa dalam proyek tersebut, siswa dibebaskan untuk menyampaikan pesan-pesan positif mengenai pemilu.
“Banyak hal-hal yang terjadi selama Pemilu kali ini yang tidak semestinya terjadi; seperti berselisih dengan teman atau saudara gara-gara beda pilihan, memaksa keluarganya harus sama pilihan, dan sebagainya. Nah, kita mau siswa mengampanyekan supaya hal ini tidak terjadi,” tutur Bapak Wiqoyil.
Sejak 16 Mei 2024, siswa sudah mulai diajak untuk mengamati dan mencari permasalahan-permasalahan sosial yang timbul pada masa kampanye hingga hari H Pemilu.
“Kebetulan di tim kami ada Bu Jihan dan Pak Farih yang kemarin menjadi panitia KPPS, ada Bu Mifta pula yang pasti sudah memahami prinsip-prinsip demokrasi secara mendalam. Jadi kami ajak siswa-siswi kelas 9 untuk diskusi besar tentang fenomena-fenomena yang terjadi selama Pemilu 2024 ini,” kata Pak Wiqoyil menjelaskan.
Selama pekan-pekan berikutnya siswa-siswi kelas 9 berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyusun video yang bertujuan menyelesaikan permasalahan-per
masalahan yang mereka temukan.
“Konsep video kami, jadi ada dua anak, Aik sama Daffa, berdebat karena beda pilihan calon presiden, terus bertengkar. Terus nanti Diaz jadi penengah. Pesannya tidak apa-apa beda pilihan yang penting golput,” tutur Bharaka, ketua salah satu kelompok.
“Kami membuat video sinematik tentang kasus suap supaya memilih paslon tertentu. Jadi nanti surat suaranya tidak dikawal, tidak ada yang mengawasi,” Fakhri dari kelompok yang lain menjelaskan, “Video kami tidak ada kata-kata. Ya, nanti biar penonton sendiri yang menyimpulkan.
Dalam sesi wawancara, Ibu Miftakus Saadah, sebagai bagian dari tim ahli juga menjelaskan bahwa tujuan dari PI Suara Demokrasi ini selain untuk menanamkan rasa demokrasi kepada siswa, mereka juga diajak untuk bisa mengajak masyarakat supaya menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi.
“Siswa kelas 9 ini, tahun ini belum memiliki hak pilih untuk ikut pemilu, tapi lima tahun mendatang mereka akan dapat hak pilih mereka. Jadi, kami mau saat mereka punya hak pilih lima tahun mendatang, prinsip-prinsip demokrasi bisa lebih ditegakkan melalui mereka,” ujar Bu Mifta, guru PPKN Matsasurba. (A. Wiqoyil Islama)