Buku berjudul Everything About Overthinking karya R.D. Asti ini dirilis tahun 2022 oleh penerbit Caesar Media Pustaka. Buku setebal 238 halaman ini membantu kita untuk melepas belenggu pikiran berlebih dan rasa cemas. Ada dua bab inti pada buku ini, yakni memikirkan pikiran dan mengatasi overthinking yang tiap babnya terdiri atas subbab-subbab.

Penekanannya ada pada bagaimana kita bisa melepas apa yang sudah terjadi di masa lalu dan tidak terlalu mengkhawatirkan apa yang belum terjadi di masa depan. Hal itu dibahas berulang kali di buku ini. Poinnya adalah bagaimana kita bisa berada di sini kini saat ini dan tetap memiliki kesadaran penuh atas diri kita.

Membaca buku ini rasanya isinya hampir daging semua. Awal buku dimulai dengan pancingan pertanyaan 'apa itu overthinking'. Overthinking atau lewah pikir didefinisikan sebagai pikiran akan satu hal terus-menerus tanpa mendapat kejelasan, bertanya-tanya, "jangan-jangan" atau "bagaimana kalau" hingga merasa lelah sendiri (hal. 8). Overthinking dapat mengganggu pekerjaan, hubungan dengan orang lain, kesehatan, dan aspek lain dalam keseharian kita. Overthinking juga membuat kita seolah terjebak dalam pikiran sendiri. Merasa cemas, takut, malu, dan tidak fokus dengan apa yang dijalani. Selain itu, kita jadi khawatir berlebihan tanpa mampu membuat keputusan.

Dalam buku ini overthinking dikategorikan menjadi dua, yakni mencemaskan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan. Ada beberapa tanda bahwa seseorang mengalami overthinking, di antaranya terjebak pada peristiwa masa lalu, membayangkan skenario terburuk, dan lain sebagainya yang lengkap dibahas pada buku ini.

Overthinking dapat memengaruhi kehidupan kita dengan menunda keputusan penting dalam hidup, menguras energi untuk menangani stres sehari-hari hingga tidak bisa menikmati saat ini-kini. Bahkan, bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental kita. Apalagi di dunia yang serba cepat dengan teknologi yang serba maju sekarang ini, media sosial memberikan pengaruh besar bagi mental seseorang. Bagaimana seseorang berusaha tampil sempurna di media sosial dan ingin mendapatkan like atau komentar dari orang lain. Media sosial juga dapat menyebabkan seseorang oversharing karena begitu mudahnya untuk mengungah hal baru. Itu juga dapat menyebabkan fear of missing out (FOMO) atau perasaan takut ketinggalan hal baru dan kekinian. Padahal, seharusnya kita mengunggah sesuatu karena memang kita menyukainya tanpa memikirkan apakah unggahan kita akan mendapatkan banyak like atau tidak. Ada salah satu kutipan dalam buku ini yang cukup menarik dan mungkin dapat melegakan para pembaca. "Ini hanya media sosial, tidak harus sempurna" (hal. 50).

Overthinking yang dibiarkan dapat menyebabkan gangguan kecemasan atau depresi. Kita perlu mengambil kendali atas pikiran kita agar bisa damai lagi. Dalam buku ini dipaparkan beberapa langkah yang bisa dilakukan jika kita merasa khawatir, salah satunya dengan teknik mindfullness yaitu berfokus untuk memberikan perhatian pada pengalaman sini-kini dan membuat kita lebih hadir pada saat ini. Mindfullness dapat dilakukan dengan merasakan angin sepoi-sepoi, mendengarkan suara burung, atau merasakan kerikil di telapak kaki.

Ada istilah yang baru  saya ketahui di buku ini kaitannya dengan overthinking, yakni istilah ruminasi yang berarti kamu membiarkan pikiran-pikiranmu berulang secara berlebihan di kepala sampai-sampai kamu tidak bisa memikirkan hal lainnya (hal. 88). Ruminasi ini dapat menimbulkan perasaan tak berdaya karena seseorang merasa tak mampu mengubah apa yang telah terjadi, menyebabkan frustrasi, dan merusak hari.

Nah, selain ruminasi ternyata ada juga istilah co-rumination, yaitu situasi ketika kamu terus-menerus membicarakan hal-hal yang sudah berlalu kepada teman-teman atau orang-orang di sekitarmu (hal. 89).

Ruminasi dapat disebabkan salah satunya karena karena menghadapi pemicu stres berkelanjutan yang tidak dapat dimendalikan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghentikan ruminasi ini, yakni dengan mengalihkan perhatian, membuat action plan, mengambil tindakan, mendebat pikiran, menyesuaikan kembali tujuan hidup, memahami pemicu, berbicara dengan teman, dan mengubah gaya hidup.

Pada buku ini juga dipaparkan subbab tentang melepaskan aatau mengikhlaskan luka batin dan emosi negatif. Melepaskan apa pun yang tidak bermanfaat dengan cara yang bermanfaat dan positif. Selain itu, juga bagaimana cara kita mengendalikan apa yang bisa dikendalikan dengan menerima segala situasi saat ini secara keseluruhan, seperti adanya perubahan, cuaca, lalu lintas, masa lalu, masa depan, pikiran orang lain, dan kebahagiaan orang lain.

Di bagian akhir buku ini ditekankan teknik untuk meredakan overthinking, yakni dengan menulis jurnal yang mana kita juga diberikan panduan cara untuk menumpahkan emosi kita. Tidak harus terikat aturan baku, kita bisa bebas menulis jurnal senyaman kita.

Jadi, menurut saya buku ini sangat direkomendasikan untuk siapa pun kalian yang mungkin saat ini tengah merasa perlu pertolongan untuk melepaskan rasa lewah pikir dan bebas dari belenggu pikiran yang tidak nyaman. Isi buku yang full daging ini akan memberikan wawasan dan dorongan kepada diri kita untuk lebih menerima apa yang terjadi pada diri kita. (Fika Aghnia Rahma)

?>